NEW YORK, investorindonesia.com
Harga minyak mentah melambung dan ditutup di posisi tertinggi enam bulan di atas US$ 58 per barel pada Kamis waktu setempat, memperpanjang kenaikan baru-baru ini didukung harapan naiknya permintaan energi di tengah sinyal baru pemulihan ekonomi, kata para dealer.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Junia, berakhir lebih tinggi 37 sen daripada harga penutupan Rabu menjadi US$ 56,71 per barel setelah meningkat pada awal perdagangan menjadi US$ 58,57 -- level tertinggi sejak November.
Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni, naik 32 sen menjadi berakhir pada US$ 56,47 setelah mencapai US$ 58,22 -- juga poin tertinggi sejak November.
Para analis mengatakan, data ekonomi terus memberikan kesan bahwa ekonomi AS, konsumen energi terbesar dunia, bangkit perlahan dari resesi berkepanjangan.
Departemen tenaga kerja pada Kamis mengatakan, jumlah klaim awal untuk manfaat asuransi pengangguran dalam pekan yang berakhir 2 Mei, menurun menjadi 601.000, sebuah penurunan 34.000 dari revisi pekan sebelumnya 635.000.
Data itu jauh di bawah 635.000 yang diperkirakan sebagian besar para analis dan terendah sejak pekan yang berakhir 24 Januari.
"Sebuah perubahan yang jelas sekarang terlihat dalam jumlah klaim .... Ini terlalu besar sebuah gerakan hanya menjadi riuh," kata Ian Shepherdson, kepala ekonom AS untuk High Frequency Economics.
Pada Rabu, sebuah survei oleh perusahaan data payrolls ADP, menunjukkan sektor swasta AS mengurangi 491.000 pekerjaan pada April, lebih rendah dari perkiraan para analis dan terhadap sinyal bahwa kontraksi ekonomi sedang berkurang.
Beberapa analis masih mencemaskan tentang kenaikan harga minyak, terutama dengan mempertimbangkan persediaan yang ada. "Meski rangkaian laporan pasokan hebat dan permintaan lesu, pasar terus mendorong kenaikan," ratap Phil Flyn dari Alaron Trading.
"Jika energi kompleks hanya fokus pada pasokan dan permintaan, pasar ini dapat menjadi turun substansial namun di sana sesuatu yang berbeda dan sejarah berjalan melebihi ukuran normal dari apa yang dilihat pasar ini," kata dia.
"Pasar minyak mentah tidak terlalu mengkhawatirkan tentang fundamental minyak mentah, tetapi melihat ke depan pada kondisi ekonomi keseluruhan dan mendapatkan sinyal dari pasar saham," kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates.
Pusat Informasi Energi Departemen Energi AS, Rabu mengatakan, level minyak mentah untuk pekan yang berakhir 1 Mei naik 600.000 barel menjadi 375,3 juta barel.
Beberapa analis telah memperkirakan kenaikan lebih dari dua juta barel dalam persediaan minyak mentah AS.
Minyak mentah berjangka mulai mencapai posisi tertinggi beberapa bulan di tengah harapan pulihnya permintaan energi, seiring dengan menguatnya pasar saham dan melemahnya dolar AS.
Pada level harga saat ini, harga minyak masih jauh di bawah rekor tertinggi Juli tahun lalu di atas US$ 147 per barel, karena penurunan ekonomi global telah mengeringkan permintaan energi. (ant/AFP)
No comments:
Post a Comment